Minggu, 11 Desember 2011

Setia itu pekerjaan yang baik

1.
Ibu saya, Safinah, menikah dengan ayah saya, Mansyur, saat dia baru saja tamat SMP (tepatnya SMEP, Sekolah Menengah Ekonomi Pertama). Dia masih amat muda.
2.
Ibu saya waktu itu sedang menikmati cinta pertama ketika dilamar seorang pria yang tak dia kenal, pria dari gunung.
3.
Ibu tak ma(mp)u menolak keputusan ayahnya yang menerima lamaran pria anak pembuat gula merah itu. Dia putuskan pacarnya.
4.
Beberapa hari sebelum menikah, dia lihat calon suaminya dan berubah pikiran. Calon suaminya jelek. Dia merencanakan pelarian.
5.
Dia mengatur secermat mungkin rencananya untuk kabur. Agar tak mencurigakan, dia akan melarikan diri sesaat usai pesta pernikahan.
6.
Betul, sebelum malam pertama, ibu saya pergi dari rumah tanpa ada yang tahu. Dia ternyata naik bus sekitar 150 kilometer ke Makassar.
7.
Melalui bantuan temannya, dia bekerja sebagai pembantu di keluarga Tionghoa. Majikannya tak tahu dia kabur.
8.
Tugas utamanya merawat anak majikannya yang baru lahir, yang ditinggal mati ibunya. Setelah beberapa bulan, dia dan majikannya saling jatuh cinta. :)
9.
Setelah setahun dalam pelarian, dia pikir saatnya pulang. Pria Gunung itu pasti sudah marah dan tak mau lagi jadi suaminya.
10.
Singkat cerita, suatu sore tibalah dia di kampung. Dia kaget menemukan suaminya ngobrol santai dengan ayahnya di beranda. Deg!
11.
“Pria jelek itu ternyata setia menunggu saya,” pikirnya. Dia tersentuh. Malam pertama berlangsung beberapa jam setelahnya.
12.
Dia berusaha melupakan majikannya dan menyerahkan diri jadi istri pria gunung yang dia pikir setia itu.
13.
Empat belas bulan kemudian, anak pertamanya, saya, lahir. Saya berada di rahimnya selama 12 bulan lebih beberapa hari. Aneh.
14.
Delapan belas bulan kemudian adik saya lahir. Lima tahun kemudian adik bungsu saya lahir. Dua bulan setelah itu, ayah saya pergi dari rumah.
15.
Ayah saya berjanji tak lama di perantauan. Setahun, dua tahun, tujuh tahun, dia tak kunjung pulang.
16.
Ibu saya setia menunggu dia pulang. Dia yakin ayah saya akan pulang meski tak pernah ada kabar sedikit pun.
17.
Setelah sepuluh tahun ayah saya tak pernah mengirim kabar, di tetangga beredar gosip ayah saya sudah menikah lagi.
18.
Ibu saya yang cuma penjual tomat (dan sebangsanya) dan harus menyekolahkan tiga anaknya, tetap yakin suaminya akan pulang.
19.
Itulah sebabnya dia menolak lamaran tiga pria sepeninggal suaminya. Dia selalu yakin suaminya akan pulang.
20.
Tapi ibu saya ternyata merahasiakan sesuatu. Waktu saya pertama kali membawa pacar saya ke rumah, dia menunjukkan sesuatu.
21.
Lima tahun dia menyimpan foto pengantin ayah saya dengan perempuan lain sebelum berani menunjukkannya kepada saya.
22.
Tapi kata ibu saya, “setia itu pekerjaan yang baik, nak.” Dia masih yakin ayah saya akan pulang suatu saat.
23.
Pada suatu pagi, April 2010 lalu, ibu saya menelpon mengabarkan bahwa ayah saya meninggal di perantauannya.
24.
Awalnya saya melongo lalu menangis setelah menyadari betapa sedihnya ibu saya. Dia sampai kesusahan bicara.
25.
Seharian saya membaca surat-surat yang sejak kecil rutin saya tulis tapi tak pernah saya kirim karena tak tahu alamatnya. :)
26.
Ternyata ayah saya meninggal 2 tahun sebelum ibu saya menelpon pagi itu. Dia juga baru dapat kabarnya.
27.
Setelah itu ibu saya sibuk cari informasi soal istri suaminya. Ternyata dia berasal dari daerah tak terlalu jauh dari kampung saya. :)
28.
Dari istri keduanya, ayah saya punya tiga orang anak, tapi satu orang meninggal. “Kita punya keluarga baru,” kata ibu saya.
29.
Ibu saya lebaran di Malaysia bulan kemarin. Salah satu tujuannya adalah menziarahi kubur suaminya, ayah saya, di sana.
30.
Kenapa saya menceritakan ini? Kemarin ibu saya menelepon meminta saya menjenguk adik baru saya yang tak terlalu jauh dari Makassar.
Catatan:
Dipost-kan oleh @hurufkecil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar